Menu

Tanggapan Pemberitaan Dugaan Tercemarnya Air Sungai Mahakam

By Dinas Lingkungan Hidup 10/01/2022 No Comments 3 Min Read

 

SAMARINDA – Menyikapi pemberitaan Koran Kaltim Pos edisi 28 September 2022 yang berjudul “Sungai Mahakam diduga Tercemar” Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Timur Bersama kepala bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dan Staf ketika ditemui wartawan menjelaskan beberapa hal.

DLH telah mengadakan pertemuan pada Kamis (29/9) dengan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) dengan ketua Prigi Arisandi, dan pihak akademisi Universitas Mulawarrman serta para Pejabat structural dan fungsional di Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur.

Ketua Tim Ekspedisi Sungai Nusantara Bapak Prigi Arisandi menyampaikan bahwa tim ekspedisi telah melaksanakan penelitian disungai-sungai di Indonesia yang merupakan kewenangan pusat yang salah satunya Sungai Mahakam.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan komunitas Mahasiswa peduli Mahakam (KMPM) yang beranggotakan mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Mulawarman Samarinda, melakukan uji kualitas air sungai Mahakam dan Pengukuran kadar Mikroplastik di 6 lokasi yaitu Muara Mumus, pertemuan sungai Karang Mumus dengan sungai Mahakam, Pangkalan Karang Mumus, Pangkalan Gerakan Memunggut Sehelai sampah, Sungai Mahakam Jalan Gajah Mada, Sungai Mahakam Loa Janan, Sungai Mahakam Kutai Lama dan Sugai Karang Mumus Pabrik Tahu

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan plankton net di keenam lokasi ini kandungan mikroplastik paling banyak terdapat di Jl Gajah mada, karena selain berarus kuat, sungainya lebar di kawasan ini banyak dijumpai sumber-sumber sampah plastik dari pasar, kegiatan pelabuhan dan sumber sampah plastik dari anak-anak sungai.”jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan di Sungai Mahakam adalah jenis fiber sebesar 71.8% sedangkan jenis filament atau lembaran sebesar 23.2%” jenis mikroplastik yang paling banyak di temukan adalah jenis fiber atau benang- benang plastik atau polyester yang berasal dari sumber limbah cair domestik dari proses laundry atau cuci pakaian.

Dikatakan oleh Rizal,  berdasarkan literatur yang ada diketahui bahwa  mikroplastik dibedakan berdasarkan sumbernya ada 2 (dua) yaitu dari sumber utama yang berasal dari hasil industri dan pabrik (pelet plastik, hasil industri dan pabrik) dan dari sumber sekunder debu aus ban kendaraan, hasil cucian serat kain, fragmentasi sampah plastik.

Mikroplastik merupakan partikel plastik atau fiber dengan ukuran lebih kecil dari 5 mm yang salah satunya berasal dari hasil pemecahan (fragmentasi) dari sampah plastic, ada juga nanoplastic yang berukuran 1 nm – 1nm yang seukuran dengan DNA dan virus sehingga sangat mudah masuk ke dalam tubuh.

Penyebab meningkatnya konsentrasi mikroplastik di Sungai Mahakam diduga dikarenakan minimnya edukasi masyarakat khususnya yang tinggal di sekitaran sungai, kurangnya pelayanan pengangkutan sampah dari sekitar rumah warga ke TPS, dan juga adanya kebijakan dari Pemerintah Kota yang mengurangi beberapa TPS dalam rangka memperindah Lingkungan Kota Samarinda yang menyebabkan masyarakat kesulitan dalam membuang sampah harian mereka.

Adapun untuk mengatakan apakah sudah tercemar karena adanya mikroplastik, tentunya hal ini harus disikapi dengan hati hati mengingat parameter mikroplastik belum termasuk kedalam komponen atau parameter kualitas air. Tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi Kementerian LHK dan Dinas untuk membahasnya lebih lanjut.

Namun demikian ditambahkan Rizal, dengan adanya hasil penelitian oleh tim ekspesidi tentu menjadi perhatian khusus bagi kami, mengingat Efek Sampah plastik tidak hanya mengancam Kesehatan manusia jika masuk kedalam tubuh tetapi juga mempengaruhi pemananasan global yang berujung kepada perubahan iklim.

Untuk itu Langkah sederhana yang dapat kita lakukan adalah mengurangi penggunaan plastic sekali pakai dan melakukan prinsip 3R yakni Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang).

Dari kegiatan Pemantauan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur pada badan air permukaan di Sungai Karangmumus dan Sungai Mahakam yang berada di wilayah Samarinda semester 1 tahun 2022 baik yang dilakukan oleh DLH Provinsi Kalimantan Timur, KLHK dan DLH Kota Samarinda dengan lokasi pemantauan berdekatan dengan lokasi yang dilakukan penelitian oleh tim ekspedisi status mutu air yang dipantau masih menunjukkan status mutu cemar ringan dan cemar sedang.. Parameter yang belum memenuhi baku mutu kelas II adalah : BOD, COD, TSS, DO, Fecal Coliform, Total Coliform). Hasil perhitungan Status Mutu Air (dengan metode Indeks Pencemar sesuai Kepmen LH Nomor 115 Tahun 2003 tentang pedoman penentuan status mutu air

Dari penelitian tim Unmul menyimpulkan terdapat jenis sampah yang bernilai ekonomis seperti hdpe dan pet yang dapat diberikan ke pengumpul untuk dijual dan kemudian digunakan kembali atau didaur ulang. Dan jenis sampah yang ditemukan di sungai mahakam mayoritasnya adalah sampah non ekonomis seperti kresek dan kemasan seperti disampaikan Pak Sumoharjo Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unmul. Kita harus memandang hasil penelitian dari mahasiswa Unmul terkait mikroplastik yang ternyata sebagian besar berasal dari bagian bawah sungai mahakam sehingga ditemukan dalam ikan, sebagai bahan pertimbangan untuk memperhatikan parameter mikroplastik yang ada dalam badan air.

Pada akhir disampaikan oleh Kepala DLH bahwa adanya berita ini semoga menjadi pelajaran bagi kita untuk tetap waspada bahwa bahaya sampah sudah ada disekitar kita, untuk itu perlu ditingkatkan lagi kepedulian kita terhadap sampah itu sendiri. Mulai kurangi, pilah dan olah sampah dari rumah untuk meminimalisir dampak sampah ke lingkungan kita.

(PPID DLH Prov. Kaltim)

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *